‘THK-CSR Awards’ Salah Satu Cara untuk Memantau Implementasi 17 Gols dari SDGs

News / 27 Jul 2023
‘THK-CSR Awards’ Salah Satu Cara untuk Memantau Implementasi 17 Gols dari SDGs

LATAR BELAKANG Mencapai hidup sejahtera, bahagia dan harmonis, PBB (UN-United Nation) pada 21 Oktober 2015 meluncurkan program Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs adalah 17 tujuan (gols) dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan sebagai ‘agenda pembangunan dunia’ untuk keselamatan manusia dan planet bumi. Tujuannya, sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari 169 negara sebagai Deklarasi Milenium di markas besar PBB (2000). Di Bali, sejak abad ke-5 sebelum masehi (tahun 500 SM) sudah ada konsep kosmologi “tri hita karana” (THK). Konsep ini sangat mudah diterapkan (applicated) dan telah di-implentasikan oleh warga Bali dalam menghadapi ‘gempuran’ masuknya budaya global, sehingga Bali mampu mempertahankan identitas dan jati dirinya. Misalnya, ‘agenda pembangunan dunia’ yang dicanangkan PBB pada tahun 1960’an tentang masalah kependudukan (demography and population), warga Bali meng-adopsinya dengan cepat. Lewat program ‘KB sistem Banjar’ dengan target ‘zero population growth’ (ZPG), mampu mengubah pandangan mereka soal angka kelahiran. Hal ini terlihat pada lima puluh tahun kemudian (2010). Kebanyakan warga Bali hanya memiliki dua orang anak dengan tag-line ‘laki- perempuan sama saja’. Program SDGs pun dapat di-aplikasikan lewat implementasi konsep tri hita karana (THK). Salah satu caranya adalah dengan memberikan rewards kepada penyandang dana (perusahaan) yang terus-menerus menyalurkan dana CSR-nya kepada warga Bali. Seperti yang dilakukan oleh Yayasan Tri Hita Karana Bali yaitu memberikan penghargaan ‘THK-CSR Awards’. THK-CSR Awards (Social Investment & Sustainable Development) diberikan kepada Instansi atau Lembaga (perusahaan, hotels, kampus perguruan tinggi, dll) yang peduli masyarakat sekitar dengan mengucurkan dana CSR (corporate social responsibility). Lewat program THK-CSR Awards dapat diketahui berapa dana CSR yang disalurkan dan manfaat apa yang dirasakan oleh penerima dana CSR tersebut. Seperti yang dilakukan PT. Pertamina Patra Niaga DPPU Ngurah Rai yang secara kontinyu (2020 s/d 2025) menyalurkan dana CSR kepada kelompok tani di wilayah Subak Sembung, Kelurahan Paguyangan, Denpasar-Utara.

MENGEREM ALIH FUNGSI LAHAN Di kota Denpasar (Bali) alih fungsi lahan pertanian menjadi masalah, karena pertanian tidak lagi menjadi sumber penghasilan utama masyarakat. Padahal, sektor pertanian menjadi penghasil bahan makanan pokok, sehingga pengalihfungsian dan penyempitan lahan pertanian di Denpasar berdampak pada perekonomian dan kerentanan terhadap ketahanan pangan. Upaya mengatasi alih-fungsi lahan pertanian dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana. Kemudian, dirintis pengembangan kawasan Subak Sembung menjadi kawasan ekowisata. Diharapkan, lahan persawahan di kawasan itu tetap lestari dan menciptakan daya tarik wisata (DTW) yang baru, sehingga mendongkrak ‘income’ anggota kelompok ekowisata itu. Upaya penyelamatan lahan persawahan tersebut diperkuat dengan terbitnya ‘awig-awig’ (peraturan Desa Adat) yang melarang pengalihfungsian lahan pertanian. Di lain pihak, petani dan pemilik lahan akan mendapat ‘income’ yang jauh melebihi kebutuhan sehari-hari mereka. Keberadaan ekowisata Subak Sembung sebagai eco-edu-tourism atau wisata edukasi lingkungan sejalan dengan visi dan misi dari program CSR PT Pertamina Patra Niaga DPPU Ngurah Rai yang sejak tahun 2020 hadir dan berkontribusi dalam pengembangan kawasan Subak Sembung, Kelurahan Peguyangan. Denpasar Utara. Penggelontoran dana CSR oleh PT Pertamina Patra Niaga DPPU Ngurah Rai secara berturut- turut (2020 s/d 2025) menggerakkan Yayasan THK Bali untuk memberikan rewards kepada perusahaan tersebut. Kemudian, menerjunkan tim assessor-nya pada 7 Juli 2023. Hasilnya, tim sepakat memberi ‘THK-CSR Award’ kepada PT Pertamina Patra Niaga DPPU Ngurah Rai yang diserahkan pada 28 Juli 2023.

THK & SDGs Konsep tri hita karana (THK) untuk pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam industri pariwisata diperkenalkan kepada anggota negara-negara APEC (2013) oleh Menteri Pariwisata saat itu, ibu Mari Pangestu. Hal ini mengingat THK sebagai filosophy hidup dipercaya mampu akan memberikan kebahagiaan hidup (happiness) bagi siapa saja yang menerapkannya. Kebahagiaan hidup (happiness) akan tercipta apabila terjadi hubungan yang harmoni secara vertikal (ke atas, ke bawah) dan horizontal (ke samping). Seperti yang tersirat dalam UU No. 10, tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Bab III, pasal 5, ayat a) menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan. Dengan demikian, konsep THK menggambarkan hubungan harmoni secara vertikal ke atas (parhyangan/ spiritual, ke-Tuhanan) dan vertikal ke bawah (palemahan/ lingkungan/ ekologi), serta hubungan yang harmoni dengan sesama manusia (pawongan/ people). Ketiga hubungan yang harmoni tadi, bila disandingkan dengan penerapan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs- Sustainable Development Goals) dapat membentuk formulasi sebuah Piramida (lihat gambar Piramida Kebahagiaan). Sepuluh (10) goals yang menjadi dasar Piramida adalah bagian dari pawongan (manusia/ People), lima (5) goals di tengahnya adalah palemahan (lingkungan/ Ecological) dan dua (2) goals di puncaknya sebagai parhyangan (Spiritualitas, ke-Tuhanan), sedangkan mahkota dari Piramida itu adalah Kebahagiaan Hidup (Happiness).

kebahagiaan.jpg

** PRINSIP DASAR PENILAIAN ‘THK-CSR AWARDS’** Penggunaan check list dalam program THK Awards ditujukan untuk mendapatkan data se- objektif mungkin tentang penerapan seluruh unsur tri hita karana (parhyangan; pawongan dan palemahan) pada objek penilaian. Seperti check list bidang parhyangan (spiritualitas) sebagai salah satu dari tiga unsur THK diharapkan mampu membantu Pelaku (yang meng-implementasikan) dan Tim Penilai (assesor) untuk mendapatkan gambaran tentang sejauhmana pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widi (Tuhan Yang Maha Esa) memberikan kontribusi positif pada perilaku umat manusia dalam memperlakukan sesama manusia dan alam lingkungan. Perlakuan terhadap sesama dan lingkungan yang dimaksud itu, minimal harus nampak pada lingkungan perusahaan dan lingkungan di sekitar perusahaan yang meng-implementasikan konsep THK. Di Bali, pemujaan pada Tuhan dapat dilihat dari adanya sarana pemujaan (tempat suci) – bagi masyakarat Bali (Hindu) disebut Pura - dengan berbagai kelengkapan, tata cara penggunaan sarana pemujaan, dan penguasaan umat akan konsep berbakti pada Tuhan. Demikian juga kadar perhatian perusahaan pada kegiatan keagamaan, umat yang bekerja di perusahaan ataupun perhatian perusahaan pada umat yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Bidang pawongan (manusia/ people) bersifat universal, tidak seperti bidang parhyangan di atas. Oleh sebab itu dalam penilaian bidang ini, indikatornya disesuaikan dengan situasi kehidupan manusia dan manajemen modern yang mampu menyebabkan kebahagiaan bagi manusia itu sendiri, seperti berikut: ** 1. Sejarah peranan manusia**  Manusia adalah sebuah misteri.  Untuk itu di masyarakat ada Norma (aturan/ prinsip/ standar) – apa yang “benar” dan “salah”.  Di masyarakat juga ada Nilai – apa yang “baik” dan “buruk”.  Ada Etika - apa yang “boleh” dan “tak boleh”.  Di masa depan, aturan tertulis saja tidak cukup.  Untuk itu diperlukan penerapan kearifan lokal.  Di Bali, kita memiliki konsep tri hita karana.  Telah diterapkan oleh subak dan desa adat (lembaga tradisional)  Dicobakan di hotel (lembaga modern) lewat program THK Awards 2. Kontradiktif terhadap filosofi hidup dan nilai A. Filosofi hidup:  Kerja untuk hasil VS Kerja untuk kerja. B. Nilai:  Produktivitas VS Sustainabilitas.  Individual VS Sosial/ Komunal.  Standarisasi VS Customized.  Persaingan VS Hubungan.  Materi VS Non-materi.  Efesiensi VS Efektivitas.  Profit VS Benefit.  Sequential time VS Synchronous time. 3. Pendorong proses loyalitas  Pelayanan terbaik pada pelanggan.  Pelayanan terbaik pada karyawan.  Pelayanan terbaik pada pemilik.  Pelayanan terbaik pada pemerintah.  Pelayanan terbaik pada masyarakat di sekitar kawasan perusahan. 4. Manusia profesional  Integritas intelektual.  Integritas etika dan moralitas.  Integritas religius. Indikator bidang palemahan (lingkungan/ ekologi) disusun berdasarkan kriteria di bawah, kemudian pemilihan indikator ini dijabarkan selengkapnya dalam sebuah kuesioner pernyataan yang mendekati nilai ideal seperti yang disusun dalam questioner THK Awards. Kriteria:

  1. Adanya komitmen perusahaan terhadap kualitas lingkungan.
  2. Penerapan langgam/ arsitektur Bali.
  3. Pelestarian dan pengembangan ekosistem.
  4. Pengelolaan limbah (cair, padat dan gas).
  5. Partisipasi perusahaan terhadap lingkungan.
  6. Pengorganisasian yang jelas terhadap pengelolaan lingkungan.
  7. Penghematan energi dan SDA.
  8. Penamaan ruangan, bangunan yang sesuai dengan budaya Bali.
  9. Pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan hukum yang berlaku.
  10. Melakukan pemantauan berkala serta evaluasi pengelolaan lingkungan. Dengan “diturunkannya” nilai filosofis THK ke dalam kriteria-kriteria serta ditetapkan indikator dan tolok ukurnya, diharapkan akan ada acuan secara lebih jelas tentang teknik implementasi dan penilaian perusahaan yang berwawasan konsep tri hita karana (THK). Namun perlu disadari bahwa kriteria, indikator dan tolok ukur tersebut adalah bersifat dinamis, dapat berubah sesuai dengan desa, kala, patra (wilayah, waktu/ zaman, dan keadaan/ situasi), selama tidak menyimpang dari makna yang terkandung dalam nilai filosofis THK itu sendiri.

WhatsApp Image 2023-07-26 at 17.17.02.jpeg

thk.jpg

KELOMPOK MUNDUK UMA PALAK LESTARI Berbagai aktivitas dilakukan untuk pengembangan kawasan Subak Sembung melalui program Eco-Edu-Tourism pada kelompok Munduk Uma Palak Lestari, Denpasar. Adapun tujuan dari program ini adalah: a. Aspek Lingkungan yaitu menjaga kelestarian alam di kawasan Subak Sembung, Kelurahan Peguyangan, Denpasar Utara. b. Aspek Pendidikan yaitu menjadikan kawasan Subak Sembung sebagai wisata edukasi lingkungan. c. Aspek Ekonomi yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui ekowisata, produksi pelet, dan budidaya maggot. d. Aspek Pemberdayaan yaitu menata dan menguatkan kelembagaan kelompok Uma Palak Lestari dalam mengelola kawasan konservasi dan bersinergi dengan kelompok ekowisata. e. Aspek Kesehatan yaitu menjadikan kawasan Subak Sembung sebagai lokasi olah raga masyarakat. Proses Perencanaan Untuk mendirikan kelompok ini, terlebih dahulu dilakukan kegiatan pemetaan potensi dan permasalahan yang terdapat di Kelurahan Peguyangan. Sebagai sarana dalam mengetahui potensi dan permasalahan secara holistik, secara aktif masyarakat turut dilibatkan dalam perencanaan melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Pelibatan masyarakat dalam perencanaan ini dilakukan karena masyarakat lokal sebagai subject program dianggap lebih mengetahui kondisi di wilayahnya dapat memberikan lebih banyak data dalam perencanaan program. Selain itu pada tahun 2022 juga telah dilakukan social mapping bekerjasama dengan Social Development Studies Centre (SODEC) UGM, Yogyakarta. Hasil dari pemetaan sosial tersebut, kemudian disusunlah rencana program dengan dibuatnya 3 sub program yang dilaksanakan dalam program ini, yaitu eduwisata agrikultur, konservasi jalak bali, dan integrated farming system. Eduwisata agrikultur disusun dalam rangka membantu menyelesaikan permasalahan penyempitan lahan hijau di Kota Denpasar, konservasi jalak bali disusun untuk menjaga dan melindungi jalak bali yang terancam punah, dan Integrated farming system dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi dari kelompok sasaran yang merupakan petani dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan. Pelaksanaan Program Program yang telah berjalan dengan target sasaran berupa Kelompok Uma Palak Lestari yang beranggotakan 12 orang masyarakat petani yang merupakan bagian dari Munduk Palak, Subak Sembung. Sebagai kelompok pelaksana program, kelompok ini berperan penting dikarenakan berperan langsung dalam aktivitas operasional program, dari mulai perawatan burung jalak bali, budidaya maggot dan lebah madu, serta pengelolaan kawasan wisata. Kelompok ini juga membantu dalam melakukan sosialisasi kepada pengunjung yang datang, baik terkait pelestarian burung jalak bali maupun terkait pengelolaan lahan hijau di Desa Peguyangan. Ketiga sub program ini saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Capaian Program Capaian program Eco Edu Tourism Uma Palak Lestari antara lain: a. Melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait. b. Perawatan dan Pemeliharaan Burung Jalak Bali c. Maintenance Kandang Konservasi d. Pelatihan Budidaya Maggot dan Lebah Klanceng e. Pembuatan media edukasi perikanan f. Penataan Kawasan Wisata g. Promosi wisata Lesson Learned Melalui program ini, masyarakat mendapatkan pelajaran baru dalam penerapan kegiatan pertaniannya. Petani yang biasanya melakukan pertanian dengan cara konvensional mulai mencoba menerapkan metode baru seperti dengan diterapkannya vertical garden untuk optimalisasi lahan. Selanjutnya melalui banyaknya kunjungan wisatawan (lokal dan domistik), petani dapat melepaskan diri dari jerat pola hubungan patron-klien dengan tengkulak yang diketahui menjadi permasalahan utama bagi petani. Terakhir, petani yang tergabung dalam kelompok ini dapat mengalami peningkatan pendapatan dari beberapa UMKM baru yang terbentuk, antara lain produksi pelet pakan burung, budidaya maggot, budidaya lebah madu, serta pertanian organik.

SCORE/ NILAI Score untuk menentukan keluarnya ‘THK-CSR Awards’ merupakan hasil penilaian yang dilaksanakan dengan cara:

  1. Kunjungan ke lapangan (visit on-site)
  2. Wawancara: a. Pengurus dan anggota kelompok wisata b. Pengelola penyandang dana CSR
  3. Dilakukan mapping dengan 169 capaian target dari 17 gols dari SDGs.
  4. Score dihitung dalam prosentase penerapan 17 gols dari SDGs dengan hasil: a. Score (nilai): A (85-100) ------- Gold b. Score (nilai): B (75-84) --------- Silver c. Score (nilai): C (65-74) --------- Bronze d. Score (nilai) di bawah 65, maka dimasukkan dalam program afiliasi, sehingga Yayasan melakukan pembinaan, sebelum memberikan rewards.